Mengabdi di Kampung Halaman
Sementara sang istri sibuk mengajar, Guruh pun terpikir untuk membuka sebuah taman bacaan untuk masyarakat. Maka lahirlah Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mentariku, yang kemudian seiring waktu berkembang menjadi beberapa lembaga, antara lain LKP Mentari, PAUD Terpadu Mentari Kids, hingga merambah ke pengadaan program home schooling. Selama menjadi pengelola TBM Mentariku, Guruh senantiasa menggunakan metode grapyak dan andhap asor atau berusaha berbaur dan rendah hati demi merangkul seluruh lapisan masyarakat. Ia pun mendidikasikan diri sepenuhnya untuk membesarkan TBM Mentariku. “Seluruh harta, jiwa dan raga saya total untuk masyarakat. Meski dengan keterbatasan tempat maupun dana, tapi saya selalu berusaha agar lembaga ini menjadi eksis dan bisa sejajar dengan pendidikan formal”, katanya. Oleh karena itu Guruh pun membuat berbagai program kreatif yang menarik minat baca masyarakat.
Dalam mengelola semua itu, Guruh memiliki 10 orang staf yang siap membaantunya. Mereka rata-rata memiliki kualifikasi pendidikan S-1 ataupun lulusan SMA. Demi terus meningkatkan kompetensi para stafnya, Guruh pun kerap mengadakan pelatihan dan studi banding ke berbagai narasumber dan pakar. Kendati demikian, tak dapat dipungkiri bahwa soal anggaran kerap menjadi permasalahan, dikarenakan TBM Mentariku murni dibiayai oleh Guruh sendiri. Maka demi menopang keberlangsungan TBM Mentariku, Guruh pun mengusahakan bisnis sampingan melalui penjualan software untuk lembaga-lembaga computer, pembuatan sabun herbal, penjualan oleh-oleh khas Klaten dan menjalin beberapa kemitraan. Ia pun terbantu untuk menggaji para staf, meski jauh dari layak. Beruntunglah Guruh, karena orang-orang disekelillingnya pu memiliki niat dan motivasi yang sama yakni ingin mengabdi melaalui pendidikan. Disamping itu, Guruh pun membuka partisipasi masyarakat melalui donasi. Oleh karena itu, Guruh menerapkan manajemen online yang transparan, yang bisa diakses banyak pihak. Guruh berharap hal ini semakin menarik minat masyarakat lebih banyak untuk berpartisipasi menyokong TBM Mentariku.
Beberapa sarana yang dimiliki TBM Mentariku antara lain LCD TV, 3 Buah Notebook, dan mobil perpustakaan keliling “OTEWE Majoe”. Perpustakaan keliling memiliki program yakni memberikan pelayanan berupa edukasi pelatihan internet, wifi gratis, ataupun permainan, dongeng. Bahkan karena karena seringkali diapaki oleh umum, computer TBM Mentariku seringkali rusak berat. Tapi bagi Guruh tidaklah mengapa, yang penting masyarakat dapat belajar. Program lainnya, TBM Mentariku pun mencetak Bulletin yang tebrit setiap bulan. Dalam hal koleksi buku, sejauh ini TBM Mentariku telah memiliki koleksi sekitar 2000 buku dari berbagai kategori bacaan yang telah terintegrasikan dengan perpustakaan digital beralamat www.tamanbacaan.mentariku.org. Untuk menyisiati ketersediaan buku, TBM Mentariku pun menyediakan e-book yang bisa di download. TBM Mentariku juga bermitra dengan beberapaTBM di forum dan jaringan 1001 Buku untuk saling berbagi dan menukar koleksi. Dikarenakan kegiatan di TBM Mentariku semakin banyak dan berkembang, Guruh merasa bahwa tempat yang sedang digunakan saat ini masih kurang luas. Oleh karena itu ia berharap dapat membangun runag di lembaga hingga menjadi 3 lantai untuk menampung beberapa program di TBM seperti PAUD, Pelatihan, pembuatan sabun dan LKP untuk pemberdayaan masyarakat.
Semangat berbagi
Guruh mendengar kabar mengenai adanya lomba di Ajang Apresiasi PTK PAUDNI ini dari Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten. Penilik Dikmas PNF Kecamatan Tulung, Klaten pun giat mendorongnya untuk segera mendaftar diri di Dinas Pendidikan Klaten dan mempersiapkan diri. Ia merasa sangat optimis, terlebih karena ia merasa sangat memahami karya nayata yang hendk dibawakannya, yakni mengenai manajemen TBM berbasis IT. Pasalnya, Guruh telah menerapkannya selama beberpa tahun di TBM Mentariku. Kendati demikian, guruh merasa tidak terlalu berambisi untuk menjadi juara. “Semangat saya waktu itu untuk berbagi pengalaman dengan lembaga TBM lainnya. Saya lebih kepada bersosialisasi dan berbagi ilmu dalam pengelolaan manajemen TBM yang lebih baik supaya bisa tetap eksis serta mandiri. Saya berharap karya yang bisa didesiminasikan kepada semua lembaga PAUDNI agar lebih baik dalam manajemen administrasi,” katanya. Oleh karena itu, ia merasa tidak minder meskipun harus bersaing dengan perwakilan-perwakilan terbaik dari berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Guruh, pemerintah telah cukup baik dalam mengakomodir dan memfasilitasi kegiatan postif yang memacu para PTK PNF. Guruh pun merasakan manfaatnya meskipun ia akui cukup berat dalm mengikuti kegiatan dalam Training Centre (TC) saat telah berada di tingkat provinsi. “Selaama proses karantina di TC, kami dibina secara maksimal. Saya mendapat banyak pelajaran berharga disana. Suka duka selam karantina adalah saat siang hari bimbingan penulisan karya nyata di bulan puasa, peruangannya begitu berat. Dan setelah buka puasa kami harus berlatih lomba aerobic dengan pelatih yang begitu disiplin.sampai malam hari menjelang subuh kami masih berlatih paduan suara. Tapi justru itu yang menjadikan kami disiplin. Kekompakkan tim pun semakin solid,” kata Guruh. Ia berharap pemerintah senantiasa memberikan prioritas pada PTK di pendidikan formal saja yang selalu diutamakaan dan diperhatikan.
Sumber : Majalah MISI (56:2014)
sangat menginspirasi
ReplyDeletePak Guruh asal Klaten iki..
ReplyDelete