Thursday, 7 April 2016

Melalaikan Amanah: Jalan Menuju Kegagalan Dan Kehancuran

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (Q.S. Al-Anfaal 27). Ayat di atas mengaitkan  orang-orang beriman  dengan amanah atau larangan berkhianat. Bahwa di antara indikator keimanan seseorang adalah sejauh mana dia mampu melaksanakan amanah. Demikian pula sebaliknya bahwa ciri khas orang munafik adalah khianat dan melalaikan amanah-amanahnya.
ِِAmanah pertama yang harus dilakukan adalah Amanah Fitrah manusia, dimana makhluk lain enggan dan menolak menerimanya. Ia adalah amanah hidayah, ma’rifah dan iman kepada Allah atas dasar niat, kemauan, usaha dan orientasi. Amanah berikutnya adalah Amanah Syahadah (Kesaksian). Pertama, berupa kesaksian diri agar menjadi cermin bagi agamanya. Kedua, berupa kesaksian dakwah agar menyampaikan agama kepada manusia. Ketiga, berupa kesaksian agar menerapkan  manhaj dan syariah Islam di bumi Allah. 
Berkata Imam Syahid Hasan Al-Banna, “Wahai Muslimun! Ibadah kalian kepada Rabb kalian, jihad di jalan pengokohan agama kalian dan kemuliaan Syariat kalian adalah tugas kalian dalam hidup. Jika kalian melaksanakannya dengan benar, maka kalianlah orang yang sukses. Jika kalian melaksanakannya hanya sebagian atau melalaikan semuanya, maka aku sampaikan firman Allah Taala,
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? “ (QS Al-Mu’minun 115).
Dan amanah itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.  Pertanyaan akan ditujukan atas amanah yang dibebankan kepada kita. Barang siapa yang menunaikan amanah sekecil apapun, niscaya akan dilihat Allah. Dan barang siapa yang melalaikan amanah sekecil apapun niscaya akan dilihat. Manusia tidak akan dapat lari dari tanggung jawab itu. Karena tempat yang ditinggali adalah bumi Allah, umur yang dimiliki adalah ketentuan Allah, potensi yang ada adalah anugerah Allah dan nilai Islam adalah tolak ukur dari pelaksanaan  amanah tersebut. Kemudian mereka akan datang menghadap Allah. 
manah, dari satu sisi dapat diartikan dengan tugas, dan dari sisi lain diartikan  kredibilitas dalam menunaikan tugas. Sehingga amanah sering dihubungkan dengan kekuatan. Firman Allah, Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya" (Q.S. Al-Qhashash 26).  Oleh karena itu wahai ikhwah, kuatkanlah keimanan dan ruhiyah kalian Kuatkanlah ilmu dan tsaqafah kalian, serta kuatkanlah fisik dan segala sarana yang dapat digunakan untuk memikul amanah. Dan Allah memerintahkan kepada kita untuk mempersiapkan segala bentuk kekuatan. (Q.S.  8:60) Ikhwan dan akhwat fillah! Hidup ini tidak lain adalah sebuah safari atau perjalanan panjang dalam  melaksanakan amanah dari Allah. Dalam hidupnya manusia  dibatasi oleh empat dimensi, bumi  tempat beramal, waktu atau umur sebagai sebuah kesempatan beramal,  nilai Islam yang menjadi landasan amal  dan potensi diri sebagai modal beramal. Maka orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktivitas yang tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sadar bahwa detik-detik hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehingga tidak akan disia-siakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh, apalagi perbuatan yang dibenci (makruh)  dan haram.

Oleh karena itu sekecil apapun amanah yang dilaksanakan akan memiliki dampak positif berupa kebaikan. Dan sekecil apapun amanah yang disia-siakan, niscaya memiliki dampak negatif berupa keburukan. Dampak itu bukan hanya mengenai dirinya tetapi juga mengenai  umat manusia secara umum. Seorang mukmin yang bekerja mencari nafkah dengan cara yang halal dan baik akan memberikan dampak positif berupa ketenangan jiwa dan kebahagiaan bagi keluarganya. Apalagi bila dia mampu memberi sedekah dan infak kepada yang membutuhkan. Sebaliknya seorang yang menganggur dan malas akan menimbulkan dampak negatif berupa keburukan, terlantarnya   keluarga,  kekisruhan, keributan dan beban bagi orang lain.
Kesalahan kecil dalam menunaikan amanah seringkali menimbulkan bahaya yang fatal. Bukankah terjadinya kecelakaan mobil ditabrak kereta, disebabkan hanya karena sopirnya lengah atau sang penjaga pintu rel kereta tidak menutupnya? Bahaya yang lebih fatal lagi adalah jika amanah dakwah tidak dilaksanakan sehingga kemaksiatan merebak, kematian hati, kerusakan moral dan tatanan sosial serta kepemimpinan di pegang oleh orang yang bodoh dan zhalim.
Ikhwan dan akhwat fillah!
Perjalanan dakwah telah menorehkan pengalaman betapa kesalahan dalam melaksanakan amanah mengakibatkan kerugian dan musibah. Pada saat perang Uhud, Rasulullah saw. memerintahkan satu pasukan pemanah untuk tetap berjaga di bukit Uhud dan tidak meninggalkan pos itu. Tetapi, ketika tentara Islam sudah di ambang kemenangan, dan sebagian yang lain bersorak sambil memunguti rampasan perang, maka pasukan pemanah pun tergoda dan ikut-ikutan mengambil rampasan perang itu. Akhirnya pasukan kafir berhasil memukul mundur pasukan umat Islam, dan rampasan perang raib dari tangan mereka. Lebih tragis dari itu adalah darah segar berceceran dari muka Rasulullah saw, akibat  amanah yang dilalaikan.
Harta, wanita dan kekuasaan memang merupakan sarana yang paling ampuh digunakan setan untuk menggoda orang beriman agar melalaikan amanah, bahkan meninggalkannya sama sekali. Betapa sebagian dai yang ketika tidak memiliki sarana harta yang cukup dan tidak ada kekuasaan yang disandangnya, begitu istiqamah menjalankan amanah dakwah. Tetapi setelah dakwah menghasilkan harta dan kekuasaan, amanah dakwah itu ditinggalkan atau bahkan berhenti dari jalan dakwah dan futur dalam barisan jamaah dakwah!
Oleh karena itu waspadalah terhadap harta, wanita dan kekuasaan! Itu semua hanya sarana untuk melaksanakan amanah dan jangan sampai menimbulkan fitnah yang berakibat pada melalaikan amanah. Di balik  menunaikan amanah, terkadang ada bunga-bunga  yang mengiringinya, harta yang menggiurkan, wanita yang menggoda. Sehingga orang yang beriman harus senantiasa menguatkan taqarrub illallah dan istianah billah.
Amanah  adalah perintah dari Allah yang harus ditunaikan dengan benar dan disampaikan kepada ahlinya. Allah Taala berfirman,
                            
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(QS An-Nisaa 58)
Amanah yang paling tinggi adalah amanah untuk berbuat adil dalam menetapkan hukum pada kepemimpinan umat. Pahala yang paling tinggi adalah pahala dalam melaksanakan keadilan sebagai pemimpin  umat. Begitulah sebaliknya, bahaya yang paling tinggi adalah bahaya melakukan kezhaliman pada saat memimpin umat. Kezhaliman pemimpin akan menimbulkan  kehancuran dan kerusakan total dalam sebuah bangsa. Maka kezhaliman pemimpin merupakan sikap menyia-nyiakan  amanah yang paling tinggi. 
Dengan demikian orang-orang yang  beriman harus benar-benar melaksanakan amanah kepemimpinan umat dan tidak memberikannya kepada orang-orang yang bukan ahlinya. Orang beriman adalah khairu ummah yang harus mengamankan amanah umat. Dan ketika amanah kepemimpinan dipegang oleh orang yang bukan ahlinya, maka umat Islam harus melakukan jihad dan amar ma’ruf nahi munkar. Rasulullah saw. bersabda:
أفضل الجهاد كلمة حق عند سلطان جائر
“Seutama-utamanya jihad adalah kalimat yang benar kepada penguasa yang zhalim”(HR Ibnu Majah, Ahmad,  At-Thabrani, Al-Baihaqi dan An-Nasai). Hadits yang lain:
- سيد الشهداء حمزة بن عبد المطلب، ورجل قام إلى إمام جائر فأمره ونهاه، فقتله
”Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan seorang yang bangkit menuju imam yang zhalim ia memerintahkan  dan melarang sesuatu lalu ia dibunuh”(HR Al-Hakim)
Ikhwan dan akhwat fillah
Hidup adalah pilihan-pilihan. Dan pilihan melaksanakan amanah adalah konsekuensi sebagai manusia, konsekuensi sebagai muslim dan konsekuensi sebagai dai. Oleh karenanya sandaran yang paling baik adalah Allah, teman yang paling baik adalah orang-orang yang shalih dan kelompok yang paling baik adalah jamaah Islam. Maka kuatkan hubungan dengan Allah dan tingkatkan ukhuwah Islamiyah, niscaya kita akan sukses melaksanakan amanah itu, sebesar apapun. Marilah kita melaksanakan amanah yang diberikan Allah kepada kita dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Marilah kita melaksanakan amanah yang dibebankan jamaah kepada kita dengan penuh kesabaran dan lapang dada. Marilah kita melaksanakan amanah umat dengan penuh  keseriusan dan tanggung jawab. Dan semuanya akan ditanya, siapkah kita? Jika tidak, maka akan terjadi kehancuran dan kerusakan.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Seri Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terdiri dari Khithab Qiyadi

No comments:

Post a Comment